Info Sekolah
Jumat, 29 Mar 2024
  • Official Website SMAPAS
  • Official Website SMAPAS
29 November 2020

Cerpen

Ming, 29 November 2020 Dibaca 0x

ANANTARI

Oleh: Ariyanti

 

Hampir aku terpelanting, beruntung tangan kanan sigap meraih tiang penyangga gazebo kayu di sampingku. Hak wedges berukuran 5 centimeter ini mengganggu, kulirik tak ada siapapun di sekitar, aman. Terdengar suara tawa tertahan di ujung lapangan. Kuhela nafas berat, rasa malu yang kutanggung lebih besar dibanding sakitnya.

 

“Ibu ndak papa ?” Buku-buku berpindah tangan. Pegangannya terasa lembut, tapi erat. Anantari, muridku yang paling sigap datang tergopoh. Kutegakkan badanku, terang-terangan kucari anak-anak yang tertawa tertahan. Rasanya ratusan jarum kecil menusukku, apa yang kuajarkan selama ini tak berhasil menjadikan mereka manusia yang tanggap dengan kesusahan orang.

 

Tapi hatiku berbunga, aku berhasil dengan Anantari, tak percuma kudengungkan kata peduli di kelas, tak rugi kucontohkan bagaimana manusia akan lebih berharga jika bermanfaat bagi yang lain. Anantari, indah namanya sebanding dengan kualitas diri. Ia kuat dan punya tekad. Kecerdasan nampak dari sorot mata tajamnya. Karakter hebat milik Ketua OSIS yang baru saja dilantik.

 

Pemimpin perempuan yang jeli dan bercita-cita tinggi, terucap dari bibirnya saat kutanya arti nama Anantari. Ia tinggal bersama nenek semata wayangnya dari pihak Ibu, berkecukupan karena orang tuanya bekerja di Malaysia. Belasan tahun meninggalkan Anantari demi hidup layak. Tak cuma aku, hampir seluruh Guru memuji kecakapan Anantari. Secara akademis ia mumpuni, kemampuan retorika dan pidatonya hebat, tepuk tangan bergemuruh saat ia maju.

 

Aku ingat betul, saat itu kelas membahas tentang permasalahan yang terjadi di negara berkembang. Isu utama kami adalah kesetaraan gender yang kondisinya memprihatinkan di beberapa negara. Aku meminta setiap kelompok menyampaikan rekomendasi agar perempuan menerima kesetaraan di berbagai bidang. Sengaja, kelompok kuatur berdasarkan jenis kelamin. karena akan membuat diskusi menggila. Sebagai Guru, aku paham betul suasana yang memanas akan  memunculkan banyak ide baru luar biasa. Aku terkikik dalam hati, “yes, rencanaku berhasil” hingga kulihat Anantari berjalan dengan tangan terkepal erat, bersiap menyampaikan argumen.

 

“Perjuangan kesetaraan perempuan Indonesia telah dimulai jauh sebelum kata emansipasi populer. Kartini mengupayakannya hampir satu setengah abad yang lalu. Tetapi, sepertinya Kartini akan  malu melihat kondisi perempuan saat ini. Kalau boleh saya bilang, ini kesetaraan gender yang kebablasan”

Aku ternganga mendengarnya, tak kukira Anantari membuka argumen dengan hal seprovokatif ini. Kelas bergetar, dengan suara dukungan dan penolakan. Kulantangkan suara hingga sudut terjauh, ucapan Anantari mulai terdengar kembali.

 

“Kartini pasti tersenyum  melihat begitu banyak remaja putri yang belajar di sekolah, dari pelosok hingga kota besar, dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi, dari Batavia hingga Surabaya, dari Indonesia sampai Belanda, negara tujuan yang ia idam-idamkan untuk belajar”

 

“Kartini pasti gembira saat mengetahui bahwa wanita di negeri ini berprofesi sebagai dokter, insinyur, direktur, wartawan, dan hampir semua bidang tanpa terkecuali. Menteri wanita hebat yang memimpin ribuan pegawai di departemen  pemerintahan. Wakil rakyat perempuan yang menyuarakan aspirasi. Bahkan Negeri ini pernah dipimpin seorang wanita”

 

“Kartini pasti senang mengetahui wanita bebas menentukan pasangan hidupnya tanpa paksaan. Duduk sejajar dengan Kakak, Suami, maupun Orang Tua. Mengungkapkan pendapat hingga ketidaksetujuan. Bepergian dan berkiprah hingga ke ujung dunia”

 

Akan tetapi…..

 

“Kartini pasti bersedih, melihat banyak remaja putri yang berangkat sekolah dengan lipstik, maskara dan pipi berwarna merah tak alami, menatap layar smartphone bagai bernafas, jiwa kosong dan lelah tanpa semangat. Kartini pasti terkejut menyaksikan sekolompok pelajar  menyiksa, dan memukul teman sekolah sendiri hanya karena bedak. Padahal sekolah adalah tempat yang paling membuat ia bahagia”

 

“Kartini pasti malu mendengar betapa mudah menemukan remaja putri yang terpaksa berhenti sekolah akibat salah bergaul dan kurangnya kasih sayang keluarga, tanpa nurani menggugurkan bayi-bayi mungil tak berdosa”

 

“Kartini pasti tersedu melihat wanita di zaman ini begitu bersemangat membandingkan tas bermerk, baju rancangan desainer, perhiasan, hingga isi rumah, tak mengerti bahwa lingkungan membutuhkan kepedulian mereka. Bergetar melihat para wanita memperebutkan seorang lelaki, saling cakar, hantam, dan sumpah serapah yang tak patut diucapkan. Pucat mendengar begitu banyaknya wanita dalam  hitungan bulan berpisah dengan suami pilihan mereka sendiri, hak yang tak ia dapatkan saat memilih pasangan hidup”

Hening…… rasanya tak ada seorangpun bernafas. Terpesona, bangga, Anantari hebat, rasanya ingin kupeluk ia erat-erat. Tak terasa kuseka genangan air di sudut mata.

 

Beberapa hari kulihat kerudung Anantari semakin lebar, baju putih abu-abunya terlihat baru, longgar dan panjang. Ah … Anantari engkau mengagumkan nak. Kerumunan – kerumunan kecil kulihat di sepanjang lobi hingga ruang guru. Kolegaku terlihat serius membicarakan sesuatu. Kudekati, hingga kudengar “Anantari drop out….. hamil” rasanya ada seseeorang yang menghantam  perutku, mual.

 

Artikel Lainnya

Oleh : Andi Kurniawan, S.Pd.

PUISI

Oleh : Andi Kurniawan, S.Pd.

Puisi

Artikel ini memiliki

0 Komentar

Tinggalkan Komentar

 

LINK

unbk
erapor
dapodik

Penunjuk Arah

Info Sekolah

SMA Negeri 1 Pasirian

NPSN 20521458
Jl. Raya No.333 Ds. Condro, Kec. Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur 67316
TELEPON (0334) 571467
EMAIL smanpasirian@ymail.com
WHATSAPP 081